Author: Surjadi Soedirdja
Publisher:
ISBN:
Size: 39.36 MB
Format: PDF, Kindle
View: 6925
Get Books
Language: id
Pages: 28
Pages: 28
Books about Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta nomor 475, tahun 1993 tentang
Language: en
Pages: 155
Pages: 155
Books about Bangunan Cagar Budaya Di Propinsi DKI Jakarta
Language: id
Pages: 120
Pages: 120
Historic buildings, mosques, etc. in Jakarta.
Language: id
Pages: 34
Pages: 34
Language: id
Pages: 1018
Pages: 1018
An occasionally annotated bibliography of 5,372 books, journals, articles, articles and chapters from monographs and collective volumes, and unpublished academic papers and theses relating to the Indonesian capital and presumably its surrounding region. Other media, such as maps, manuscripts, and audiovisual and electronic material are not included. The entries are presented chronologically within topical sections such as anthropology, gender studies, law, politics, public administration, sports, and urban development. Indexes are by author, subject, and title. c. Book News Inc.
Language: id
Pages: 370
Pages: 370
Language: id
Pages: 68
Pages: 68
PROFIL / SEJARAH GEREJA “SION” JAKARTA Asal nama gereja ini ialah De Nieuwe “PORTUGEESCHE BUITENKERK”. Dinamakan demikian karena bangunan tersebut terletak di luar kota Batavia. Gedung ini dibangun pada abad ke 17, tepatnya saat peletakan batu pertama terjadi pada tanggal 19 Oktober 1693 yang dilakukan oleh putra Gubernur Jenderal Willem van Horn bernama Pieter van Horn yang dihadiri oleh penguasa di kota Batavia, Pejabat dan juga dari Pimpinan Gereja Protestan. Gedung gereja tersebut dibangun selama 2 (dua) tahun. Kemudian pada tanggal 23 Oktober 1695 dilakukan peresmian sekaligus dilakukan Pentahbisan Gedung Gereja oleh Pendeta Theodorus Zas dalam kebaktian Minggu dengan didasari pembacaan Alkitab dari 1 Raja-Raja 8 : 29-30 yang dihadiri oleh masyarakat Kristen berbangsa Portugis, Belanda, Indonesia dan lain-lain. Luas bangunan utama adalah 24 x 32 M2 dengan tinggi bangunan 20 M. Di bagian belakang dibangun konsistori yang menyatu dengan bangunan utama dengan ukuran 6 x 18 M2 dengan tinggi 9 M. Seluruh bangunan dibuat dari batu bata berukuran besar dengan kerangka utama menggunakan balok-balok besar dari kayu ebonite dan menggunakan atap genteng, serta ditopang 6 (enam) buah tiang utama sebagai penyangga seluruh atap gedung tersebut di mana terdapat 3 (tiga) langit-langit berbentuk lengkung setengah lingkaran yang membujur ke arah
Language: id
Pages: 37
Pages: 37
PROFIL / SEJARAH GEREJA “SION” JAKARTA Asal nama gereja ini ialah De Nieuwe “PORTUGEESCHE BUITENKERK”. Dinamakan demikian karena bangunan tersebut terletak di luar kota Batavia. Gedung ini dibangun pada abad ke 17, tepatnya saat peletakan batu pertama terjadi pada tanggal 19 Oktober 1693 yang dilakukan oleh putra Gubernur Jenderal Willem van Horn bernama Pieter van Horn yang dihadiri oleh penguasa di kota Batavia, Pejabat dan juga dari Pimpinan Gereja Protestan. Gedung gereja tersebut dibangun selama 2 (dua) tahun. Kemudian pada tanggal 23 Oktober 1695 dilakukan peresmian sekaligus dilakukan Pentahbisan Gedung Gereja oleh Pendeta Theodorus Zas dalam kebaktian Minggu dengan didasari pembacaan Alkitab dari 1 Raja-Raja 8 : 29-30 yang dihadiri oleh masyarakat Kristen berbangsa Portugis, Belanda, Indonesia dan lain-lain. Luas bangunan utama adalah 24 x 32 M2 dengan tinggi bangunan 20 M. Di bagian belakang dibangun konsistori yang menyatu dengan bangunan utama dengan ukuran 6 x 18 M2 dengan tinggi 9 M. Seluruh bangunan dibuat dari batu bata berukuran besar dengan kerangka utama menggunakan balok-balok besar dari kayu ebonite dan menggunakan atap genteng, serta ditopang 6 (enam) buah tiang utama sebagai penyangga seluruh atap gedung tersebut di mana terdapat 3 (tiga) langit-langit berbentuk lengkung setengah lingkaran yang membujur ke arah
Language: id
Pages: 46
Pages: 46
PROFIL / SEJARAH GEREJA “SION” JAKARTA Asal nama gereja ini ialah De Nieuwe “PORTUGEESCHE BUITENKERK”. Dinamakan demikian karena bangunan tersebut terletak di luar kota Batavia. Gedung ini dibangun pada abad ke 17, tepatnya saat peletakan batu pertama terjadi pada tanggal 19 Oktober 1693 yang dilakukan oleh putra Gubernur Jenderal Willem van Horn bernama Pieter van Horn yang dihadiri oleh penguasa di kota Batavia, Pejabat dan juga dari Pimpinan Gereja Protestan. Gedung gereja tersebut dibangun selama 2 (dua) tahun. Kemudian pada tanggal 23 Oktober 1695 dilakukan peresmian sekaligus dilakukan Pentahbisan Gedung Gereja oleh Pendeta Theodorus Zas dalam kebaktian Minggu dengan didasari pembacaan Alkitab dari 1 Raja-Raja 8 : 29-30 yang dihadiri oleh masyarakat Kristen berbangsa Portugis, Belanda, Indonesia dan lain-lain. Luas bangunan utama adalah 24 x 32 M2 dengan tinggi bangunan 20 M. Di bagian belakang dibangun konsistori yang menyatu dengan bangunan utama dengan ukuran 6 x 18 M2 dengan tinggi 9 M. Seluruh bangunan dibuat dari batu bata berukuran besar dengan kerangka utama menggunakan balok-balok besar dari kayu ebonite dan menggunakan atap genteng, serta ditopang 6 (enam) buah tiang utama sebagai penyangga seluruh atap gedung tersebut di mana terdapat 3 (tiga) langit-langit berbentuk lengkung setengah lingkaran yang membujur ke arah
Language: id
Pages: 65
Pages: 65
PROFIL / SEJARAH GEREJA “SION” JAKARTA Asal nama gereja ini ialah De Nieuwe “PORTUGEESCHE BUITENKERK”. Dinamakan demikian karena bangunan tersebut terletak di luar kota Batavia. Gedung ini dibangun pada abad ke 17, tepatnya saat peletakan batu pertama terjadi pada tanggal 19 Oktober 1693 yang dilakukan oleh putra Gubernur Jenderal Willem van Horn bernama Pieter van Horn yang dihadiri oleh penguasa di kota Batavia, Pejabat dan juga dari Pimpinan Gereja Protestan. Gedung gereja tersebut dibangun selama 2 (dua) tahun. Kemudian pada tanggal 23 Oktober 1695 dilakukan peresmian sekaligus dilakukan Pentahbisan Gedung Gereja oleh Pendeta Theodorus Zas dalam kebaktian Minggu dengan didasari pembacaan Alkitab dari 1 Raja-Raja 8 : 29-30 yang dihadiri oleh masyarakat Kristen berbangsa Portugis, Belanda, Indonesia dan lain-lain. Luas bangunan utama adalah 24 x 32 M2 dengan tinggi bangunan 20 M. Di bagian belakang dibangun konsistori yang menyatu dengan bangunan utama dengan ukuran 6 x 18 M2 dengan tinggi 9 M. Seluruh bangunan dibuat dari batu bata berukuran besar dengan kerangka utama menggunakan balok-balok besar dari kayu ebonite dan menggunakan atap genteng, serta ditopang 6 (enam) buah tiang utama sebagai penyangga seluruh atap gedung tersebut di mana terdapat 3 (tiga) langit-langit berbentuk lengkung setengah lingkaran yang membujur ke arah